Preface


Let's join together "facebook community", let's share experiences; write all your experiences here, please write in the language of your country. Send to :
datasolusindo@yahoo.co.id
Thanks

To join the "facebook Community" please click the following banner
Photobucket

Setelah sempat tertunda beberapa saat, akhirnya jadi juga blog tentang FACEEBOOK ini.
Ada yang aneh memang tentang blog dan logonya; dalam logo tertulis be a facebook community tetapi kenapa blog ini beralamat http://facebookmembers.blogspot.com/ ?
Karena kalah cepat dalam membuat blog !!! he ... he ... he ...
Ok.
Untuk apa blog ini ?
Blog ini selain sebagai ajang kumpul para facebooker maupun blogger, juga berisi tulisan tentang Facebook dan pernak-perniknya.
Dan bagi para facebookers yang ingin berpartisipasi, baik hanya ingin sekedar say hello dan memperkenalkan diri maupun ingin memberi ulasan/tulisan bisa menghubungi ke alamat email berikut ini :
datasolusindo@yahoo.co.id
Terima kasih.

Followers

Be-fact's Fan Box

Musik

Senin, 23 Mei 2011

Siapapun pemimpinnya nanti, jangan hilangkan peninggalan sejarah ini

(Jelang berakhirnya masa kepemimpinan pak Herry Zudianto)


Ruang tunggu sepeda

.
Sikap tentang ke Istimeewaan Jogja.
.
Molornya penyelesaian Rancangan Undang-undang Keistimewaan (RUUK) DIY dari jadwal yang telah ditetapkan beberapa saat yang lalu sempat menuai protes dari berbagai elemen masyarakat; baik elemen di tingkat bawah maupun di tingkat atas.
Di tingkat bawah diwujudkan dengan berbagai demo dan juga pisowanan kepada Ngerso Dalem maupun dalam bentuk membuat umbul-umbul/bendera berlogo/lambang Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dengan tulisan “Pro Penetapan”. Bahkan sampai tulisan ini saya upload di sudut-sudut kampung dan juga di desa-desa masih banyak bendera-bendera berkibar dengan gagahnya.

Di tingkat atas terjadi juga berbagai diskusi yang diselenggarakan bagi mereka yang “peduli” akan “keistimewaan” Jogja

Untuk hal ini, Walikota Jogja bahkan telah melakukan sebuah tindakan yang sempat menarik warga Jogja termasuk medianya, yaitu menngibarkan bendera merah putih setengah tiang  di kediamannya sebagai tanda ikut prihatin atas ke Istimewa an DIY yang tidak pernah “dipermasalahkan” oleh pemerintahan-pemerintahan sebelumnya, tapi kini  justru malah dibuat sebuah “Image” bahwa ke Istimewaan tersebut seolah-olah tidak “patut” untuk jaman ini bila dipertahankan, padahal karena jasa Jogja pada kemerdekaan RI maka kata Istimewa itu ada. Jasa yang tidak bisa dilupakan apalagi dengan menghapus kata “Istimewa” yang otomatis sedikit demi sedikit akan menggerus makna sejarah; kemudian  dilupakan begitu saja apa yang pernah di capai oleh (rakyat) Jogja.

.
 Bapak Herry Zudianto sebagai pribadi tengah menghormat bendera setengah tiang 
yang dikibarkan di kediamannya
.

Puisi Kebangsaan

.

Jauh-jauh hari sebelum diadakannya konggres untuk memilih ketua umum PSSI Walikota Jogja juga pernah mengusulkan agar penyelenggaraan Konggres PSSI diadakan di Jogja yaitu di gedung Monumen PSSI di Jogja dengan maksud untuk mengingat sejarah perjuangan sepak bola Indonesia yang berawal dari gedung tersebut (*). Dan usul itu bukannya tanpa maksud, sebab bila Konggres dilaksanakan di Jogja, bapak walikota berharap tidak terjadi kericuhan di arena Konggres karena para peserta akan “sedikit” malu dan berpikir ulang sehingga tidak akan berperilaku yang tidak baik bila mereka berada di gedung yang penuh sejarah ini.

Namun Konggres yang penuh dengan interupsi tiada henti tersebut sudah terjadi bahkan sekarang sudah ditetapkan pula untuk tempat Konggres PSSI yang akan datang yaitu di Solo

Perlu diketahui juga bahwa dalam rangka merespon kekisruhan yang terjadi pada kongres Jumat (20/5/2011) beberapa saat yang lalu seluruh saat  para stakeholder PSIM mengadakan ritual, mewakili PSIM Yogyakarta, Walikota Yogyakarta atau akrab disapa Kang Herry meminta  agar seluruh rakyat Indonesia mengembalikan hakikat PSSI bagi bangsa Indonesia.


Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan puisi berjudul "Sepak Bola Kebangsaan" ciptaan Kang Herry, yang dibacakan dalam acara 'Renungan Keprihatinan' di Gedung Monumen PSSI, Wisma PSIM Yogyakarta.


Ngger anakku
Larilah ke tanah lapang
Sambut temanmu mengoper bola padamu
Raih sebagai penghibur batin dan ragamu
Lesatkan gol kebahagiaan
Tak perlu takut terjerembab di tanah
Resapi tendangan bola

Sebagai energi kebersamaan

Menuju kesetiakawanan


Seusai membacakan puisi, Kang Herry mengajak manajemen PSIM dan segenap pendukung PSIM, serta tamu undangan, membentangkan spanduk di depan Gedung Monumen PSSI. Sesaat kemudian, lagu Indonesia Raya berkumandang di dalam ruangan berukuran sekitar 10 x 5 meter itu. Ratusan orang yang hadir dengan khidmad menyanyikan lagu kebangsaan RI. (**)
.
Gerakan Segosegawe
.
Seiring dengan mudahnya mendapatkan “kuda bermesin”  dengan cara mencicil/kredit, bahkan tanpa uang muka, maka kondisi jalan di Jogja semakin sesak dan semrawut sehingga selain sering terjadinya kecelakaan lalu lintas ada juga dampak lain lagi yaitu kebisingan dan polusi; bahkan tingkat emisi di Jogja saat ini sudah diambang yang sangat mengkhawatirkan.
Menyadari hal tersebut maka Walikota Jogja telah berupaya pula dengan berbagai cara agar dampak diatas bisa diatasi tanpa mengurangi hak-hak bagi pengendara bermotor untuk tetap bisa menggunakan kendaraan dengan tanpa ada aturan pelarangan pemakaian kendaraan bermotor.
Dan penyadaran ini dilakukan melalui pendekatan yang halus, yaitu dengan dicanangkannya segosegawe(Sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe = sepeda untuk sekolah dan bekerja) yang dianjurkan/dimulai dari pegawai Pemkot Jogja dahulu yang dilakukan pada setiap hari Jumat. Dengan di mulainya dari para pegawai pemkot dahulu diharapkan semua instansi ataupun masyarakat Jogja tergerak untuk mengikutinya. Dan meski gerakan ini belum di tanggapi masyarakat secara antusias namun Walikota Jogja tidak pernah putus asa, bahkan program inidilanjutkan dengan pembuatan jalur khusus sepeda yang dibuat dengan member marka jalan yang bergaris dan didalamnya ada gambar sepeda.
Disudut-sudut setiap lampu merahpun juga disediakan area khusus bagi pengendara sepeda yang berada paling depan yang bergambar sepeda dan bertuliskan “ruang tunggu sepeda”, dengan maksud agar para pesepeda mendapat prioritas utama dalam berkendara, tentunya prioritas dalam artian yang positip.


Jangan hilangkan fakta sejarah
.
Pada kenyataannnya ruang tunggu-ruang tunggu sepeda tersebut memang belum digunakan secara efektif; sebab selain designnya yang agak sulit bagi pengendara sepeda untuk masuk ke “ruang tunggu sepeda” tersebut, terkadang ruang tunggu tersebut “sering” bahkan digunakan oleh kendaraan bermotor.
Hanya saja selain masih perlu penataan, cara membuat jalur ataupun rambu bagi “ruang tunggu sepeda” tersebut dibuat bukan melalui surat keputusan melainkan hanya sekedar” kebijaksanaan” bapak Walikota yang sedang menjabat saat ini yaitu bapak Herry Zudianto, sehingga barangkali akan sangat mungkin sekali bila setelah pergantian Walikota nanti jalur dan tanda untuk “ruang tunggu sepeda” tersebut akan dihilangkan seiring dengan pergantian walikota dan kebijaksanaannya.
Untuk itu melalui tulisan ini saya hanya mengingatkan bahwa siapapun nanti yang bakal memimpin kota Jogja ini, sebaiknya jangan hilangkan rambu dan jalur sepeda tersebut, karena menurut saya rambu-rambu dan jalur sepeda tersebut tak dapat dipungkiri adalah sebagai fakta sejarah. Sebab menurut saya fakta sejarah untuk jaman sekarang bukan lagi sebuah peninggalan monumental semacam Candi Borobudur, Prambanan ataupun yang lain yang memang sangat mendunia dan fenomenal ; akan tetapi rambu dan jalur sepeda bagi saya adalah juga merupakan fakta sejarah, sejarah bahwa pada jaman Walikotanya Bapak Herry Zudianto, jogja sudah memulai untuk memikirkan masa depan bagi Jogja dan bagi keseimbangan bumi dengan cara membuat rambu-rambu dan jalur sepeda, dengan cara mengajak masyarakat secara halus untuk kembali menggunakan kendaraan ramah lingkunagn yaitu “sepeda”. Sebuah kendaraan masa depan yang sangat mendesak untuk kita masyarakatkan kembali demi keselamatan bumi yang akan dihuni anak cucu kita kelak.
Salam  
.


Kesadaran pengendara bermotor ternyata masih kurang juga ... 
.
Petunjuk jalur khusus sepeda yang dibuat oleh Bapak Walikota Jogja.

.

Kaos bertuliskan kata yang sangat menggelitik :
Selalu ada yang bersepeda setiap harinya ...

Komentar :

ada 0 komentar ke “Siapapun pemimpinnya nanti, jangan hilangkan peninggalan sejarah ini”
 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra