Home
Kalau kita sering mendengar istilah dua sisi mata uang yang sering dipakai untuk menganalogikan suatu hal yang memiliki dampak positif dan negatif, sebenarnya ini berlaku untuk semua hal, termasuk internet. Internet sebagai bagian dari perkembangan teknologi yang pesat pertumbuhannya, internet yang pada awalnya memberikan perubahan pada bentuk komunikasi kita sebagai manusia, sekarang sudah memberikan fungsi baru sebagai hiburan dan sumber informasi. Maraknya game online dan situs-situs berita adalah indikasi internet dalam fungsi hiburan dan sumber informasi.
Sayangnya, sebagai media yang lahir dari perkembangan teknologi informasi, internet saat ini cenderung untuk hiburan saja, salah satu fungsi media yang juga sebenarnya penting yakni fungsi edukasi justru tidak pernah terdengar kabarnya. Sudah banyak game online dimana-mana yang bikin anak muda ketagihan, sekarang ditambah lagi situs jejaring sosial seperti facebook yang cenderung digunakan untuk bermain-main saja. Yah, sebenarnya memang sangat wajar ketika facebook sebagai jejaring sosial digunakan untuk berkomunikasi dengan teman-teman kita yang biasanya bersifat santai, namun facebook pun bisa digunakan untuk hal-hal yang serius, untuk promosi bisnis misalnya. Inilah yang kemudian menjadi dua sisi mata uang dari facebook sebagai bagian dari internet. Salah satu bidang yang bisa digunakan dengan memanfaatkan internet adalah pendidikan, ada banyak aspek dalam pendidikan yang bisa menggunakan internet khususnya KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).
Kalau facebook saat ini banyak digunakan oleh anak-anak muda khususnya pelajar, kenapa para pengajarnya juga tidak menggunakan media yang sama? Dalam hal pemanfaatannya untuk pendidikan, bisa saja para guru memanfaatkan grup bernama “Fisika Kelas XI A” misalnya, di grup tersebut diinformasikan materi, tugas atau kiat belajar yang mungkin tidak sempat diberikan di dalam kelas. Selain facebook sebagai jejaring sosial, bisa juga menggunakan blog. Seperti yang pernah diungkapkan 3 mahasiswa Fasilkom Universitas Indonesia dalam penelitiannya yang berjudul “Blog Sebagai Media Pembelajaran Alternatif” ternyata blog bisa dimanfaatkan oleh para pengajar sebagai kegiatan belajar mengajar. Data dari Kamar Dagang dan Industri yang diungkapkan dalam penelitian ini menyebutkan bahwa 30 persen pelajar adalah pengguna internet, artinya mereka potensial untuk memanfaatkan internet sebagai media belajar pula.
Sama seperti contoh penggunaan facebook, dengan blog para guru bisa mengelola blognya dengan menyajikan konten seputar mata pelajaran yang mereka ampu. Dari blog itu guru juga bisa memberikan tugas, mengawasi perkembangan masing-masing siswa. Dibandingkan website konvensional blog kemasan dan kontennya cenderung lebih ringan, interaksi juga tidak jauh berbeda karena ada fasilitas komentar. Pengoptimalan fungsi blog untuk kegiatan belajar mengajar ini kurang lebih sama dengan facebook di atas yang selama ini lebih banyak digunakan untuk curhat atau hal-hal yang sebenarnya kurang perlu untuk dibagi kepada pengguna internet lainnya di dunia maya.
Bagaimana caranya agar facebook dan blog bisa bermanfaat untuk pendidikan? Jelas bahwa harus ada yang memulai dan memberi contoh, karena memang cenderung lebih mudah memupuk semangat yang sudah ada ketimbang memulai semangat baru. Blogger guru maupun pelajar sudah cukup banyak contohnya misalnya Blog Bu Puspita Wulandari, Ibu guru dari SMKN Kertosono dan blog milik Pak Wijaya Kusuma guru TIK Lab School Jakarta atau blog pelajar milik Ratna Hartiningtyas siswi SMA di Bandung. Dari blog ini mereka punya prestasi seperti yang baru saja didapat Pak Wijaya Kusuma dalam Sayembara Buku Pengayaan Tahun 2009 ataulomba blog dijaminmurah.com dimana Ratna Hartiningtyas menjadi pemenang pertama. Terbukti bukan bahwa guru dan pelajar yang ngeblog punya banyak prestasi, maka saya heran kalau ada yang bilang ngeblog itu buang-buang waktu.
Nama-nama di atas adalah mereka yang sudah memulai, tinggal bagaimana menyebarkan penggunaan media-media di internet seperti facebook dan blog. Memang mungkin masih ditemui kelemahan seperti keberadaan fasilitas internet yang belum merata? Tapi coba jawab ini : ke warnet untuk maen game online saja bisa? Masa untuk belajar gak bisa? Paling tidak mereka menguasai dasarnya dalam hal penggunaan media-media di internet tersebut, apakah melek internet dan Teknologi Informasi akan hanya jadi konsumsi orang-orang Teknologi Informasi? Hei, kita-kita pun semestinya sudah tahu dan bisa. Jaman sudah berubah, diramalkan media cetak akan mati suatu saat, karena banyak yang beralih ke media online yang paperless. Apakah masyarakat kita, khususnya guru dan pelajar akan hanya jadi penonton saja? Atau jadi pengguna sekedarnya? Jadi, sudah saatnya memulai.
