Setelah suntuk dengan berbagai
kegiatan termasuk kegiatan bersepeda, tulisan kedua saya tentang Bycicle Tour
in Jogja ini baru bisa saya selesaikan hari ini.
Untuk bisa Fresh, kita harus jeda dari keriuhan dan keterburu-buruan
.
Sebetulnya wisata yang saya
rancang untuk saya perkenalkan pada semua saja termasuk pembaca kompasiana
(yang berminat), bukanlah sebuah
rancangan yang “baku” dalam artian kita harus berwisata memakai sepeda dengan
agenda yang “kaku” sehingga justru bila
saya lakukan hal seperti itu akan menjadi sebuah wisata yang bukan lagi “milik”
peminat/masyarakat yang menginginkan melainkan hanya sekedar atas keinginan
pribadi saya untuk memperoleh sesuatu hal yang justru selain kontra produktif,
menjemukan dll juga akan membuat peminat “wisata bersepeda” jadi enggan untuk
mencoba berwisata dengan “cara beda” ini.
Karena (paling tidak bagi saya) berwisata
dengan bersepeda, berjalan dengan
kecepatan perlahan, kita bisa menikmati
pesona dan keindahan dengan rasa “lebih”! Keindahan yang harus kita nikmati
dengan sungguh-sungguh dan dalam suasana yang benar-benar santai dan enjoy!
Cara menikmati keindahan yang disesuaikan dengan suasana atau aura kota Jogja,
yaitu alon-alon waton kelakon, pelan-pelan, tapi semua bisa terpenuhi dengan
cara yang tidak usah “kemrungsung” , bukankah kenikmatan akan serasa memuncak
ketika kita melakukannya dengan tidak tergesa, tidak terburu melainkan dengan
santai …
Itulah yang dinamakan “wisata
yang benar!” Jauh dari keriuhan hati,
dimana kita harus “jeda” dari rasa “keterburu-buruan”, sebab kalau kita menikmati
wisata dengan rasa terburu, saya sanksi apakah itu adalah sebuah kenikmatan
wisata yang bisa disebut “ maksimal”. Saya berpikir itu bukan wisata yang bisa
menenangkan hati, jiwa, pikiran, bahkan emosi!
Bukankah kita melakukan kegiatan
wisata karena hanya ingin “jeda” dari kesibukan, dari keterburuan hidup ?
Eiit jadi sedikit ngelantur nih …
, maaf, karena itu harus! He he ..
.
Karena mereka Mahasiswa, apa salahnya saya ajak (dulu) ke UGM ?
.
Sebenarnya saya mempunyai rencana
menemani dan mengantar para wisatawan yang dari Kendari ini (silahkan baca tulisan pertama saya)
dengan route Tugu-Malioboro-Kepatihan-Pasar Beringharjo-Beteng Vredeburg/Gedung
Agung Kraton-Tamansari-Panggung Krapyak, dengan maksud selain memperlihatkan
pesona dan keindahan kota Jogja saya juga ingin memperkenalkan tentang Jogja
dipandang dari tatakota dan filosofinya (Silahkan baca juga Tulisan saya
tentang Tatakota terbaik di dunia), akan tetapi karena ternyata mereka
sudah pernah merasakan “aura” magis Tamansari dan Kraton, maka rute pun saya alihkan dengan mengunjungi
Universitas Gadjah Mada sebagaio tjuan yang pertama, dimana selain pada pagi
hari suasana disekitar sangat mendukung karena begitu sejuk. Mereka bisa
mengambil gambar-gambar dengan latar bertuliskan “Gadjah Mada” he he … karena
jujur, dan saya tahu persis mereka pasti suka karena mereka adalah Mahasiswaq
yang datang dari “jauh”….
.
.
Universitas Gadjah Mada!
.
Di depan Gedung Graha saba Gadjah Mada
.
di kerindangan dan kesejukan alam disekitar Gadjah Mada
.
Setelah sejenak berfoto ria dan
berputar dalam kesejukan pagi ditimpali dengan banyaknya pesepeda yang saling
melintas berpapas, kamipun berangakt ke perjalanan selanjutnya.
Tugu Jogja barangkali kalau
secara sekilas adalah “hanya” sebuah tugu kecil yang secara kebetulan terpajang di perempatan,
akan tetapi hampir kebanyakan orang mengatakan, rasanya belum afdol bila dating
ke Jogja, belum melihat secara dekat bahkan berfoto-foto dengan latar belakang
Tugu Jogja!
Saya sendiri tidak tahu alas an
pasti, apakah aura magis atau apapun, tapi itu adalah sebuah fakta, padahal
kebanyakan mereka yang berfoto-foto ria dengan “mantap” pun juga ada yang belum
tahu sejarah dan filosofi tugu itu sendiri, so ya saya ajak para “wisatawan
mahasiswa” tersebut melewati dan menikmati “aura” tugu dan sedikit penjelasan
makna filosofinya.
.
.
Begitu juga saat menyusuri
Malioboro dan sampai di Beteng Vredeburg/Gedung Agung, disinilah mereka harus
tahu bahwa Sejarah Indonesia akan menjadi berbeda bila tidak ada Gedung yang
Satu ini …
Tidak usah berlama-lama saya
bercerita, perjalanan langsung dilanjutkan ke Kraton, dimana ini adalah sebuah
kewajiban yang tidak tertulis bagi para warga yang sudah sampai didepan
pagelaran untuk berfoto-foto ria didepannya…
.
.
Sejenak berpose di depan Kraton Jogja
.
Bersepeda diatas benteng, inilah ke Istimewaan Jogja!
Setelah dirasa cukup, segera saya
ajak mereka untuk mekanjutkan mengayuh sepeda memasuki Kraton. Ya, walaupun
mereka sudah pernah masuk akan tetapi tetap saya ajak memasuki dengan rute dari
dalam Kraton sambil kadang harus beberapa kali menuntun sepeda mereka demi
sebuah tata cara kearifan local berupa “penghormatan” pada rajanya. Dengan cara
demikian, mereka jadi tahu seluk-beluk “dalam” nya Kraton secara “lebih”
Dan satu lagi yang membuat
“wisata ini” menjadi sebuah “sensasi tersendiri” , yaitu mereka saya ajak untuk
naik “Pojok Beteng wetan” yang dari arah dalam dengan mempergunakan sepeda!
Ya, satu persatu mereka jinjing
sepeda masing-masing. Ada rasa lelah memang, tapi kelelahan tersebut “sangat”
terbalas dengan indahnya pemandangan disekitar, dan pemandangan yang juga bisa
dinikmati sambil naik sepeda!
Itulah “sensasi beda” dari
“wisata sepeda” kali ini.
Selain itu, sebelum sepeda mereka
tumpangi, mereka secara reflek membuyarkan diri masing-masing melihat “benteng
pertahanan” ataupun bangunan pengintai tersebut di selingi dengan pengambilan
foto secara acak.
Perlu diketahui juga, bahwa dari
atas beteng ini, jalanan lurus yang menuju kearah Parangtritis serasa indah untuk dijadikan
santapan mata dan kamera!
Itulah cerita perjalanan wisata
dengan cara “beda” ini, perjalanan “wisata dengan sepeda” yang saya beri
judul “Bersepeda diatas benteng, inilah
ke Istimewaan Jogja!” yang barangkali akan menggungah minat Anda semua untuk
melakukan hal yang sama.
.
.
Inilah "sensasi bersepeda dengan cara berbeda, bersepeda diatas beteng!"
.
Jalanan lurus menuju Parangtritis dilihat dari ketinggian beteng
.
Sisi lain pemandangan diatas beteng, orang jawa bilang " iki kaya pager ayu" he he
.
Asyiknya bersepeda di ketinggian
.
Sebetulnya, setelah tujuan ke
Podjok Beteng wetan bagian dalam inii
perjalanan akan saya lanjutkan ke Makan raja-raja Mataram di Kotagede tapi karena “wisatawan mahasiswa”
yang saya temani ini “sangat” berkeinginan untuk mengunjungi kebun binatang,
dimana di kota asal mereka belum ada yang dinamakan kebun binatang, maka
perjalanan langsung saya arahkan ke kebun binatang, yang dalam kenyataannya
mereka “sangat-sangat” merasa terhibur karena seumur-umur mereka, belum pernah
melihat secara langsung binatang yang bernama “Gadjah” dan juga yang lain,
sungguh ini keterharuan saya yang terdalam karena begitu mereka melihat Gadjah
mereka langsung berteriak histeris: “
papii papiii Gajah … Gajah …” (papi
adalah sebutan saya dari mereka karena meski baru sebentar berjumpa, ikatan
batin kami sudah langsung menyatu, he .. he .. )
.
.
Inilah hasil bidikan spontan dan cepat (karena banyaknya lalu lalang pengunjjung) yang paling saya sesali, mereka bilang : " Kok tak kelihatan gambar Gadjahnya ..."
== untung mereka jugamengulang dengan kamera sendiri ... :)
.
Demikianlah kisah perjalanan
wisata saya, disini saya hanya menekankan pada dua hal :
Pertama : “ Wisata sepeda” yang
beda ini memaang saya buat tidak “kaku” tujuannya , seperti halnya contoh pada
tulisan akhir tentang “Kebun Binatang dan Gadjah” nya, itu semua hanyalah demi
keinginan dan kepuasan para wisatawan. Ibarat makanan, “menu” telah saya
sediakan dengan rasa masakan yang “khas” yang telah jadi, akan tetapi bila penikmat
ingin menikmati tambahan gizi lainnya, kenapa tidak saya kabulkan ?
Kedua : Bagi yang belum pernah ke
Jogja sama sekali, ataupun bagi yang pernah ke Jogja tetapi belum pernah
menyusuri jalanan tata kota terbaik di
kota ( dari Tugu sampai Panggung Krapyak , cerita urutnya sebetulnya dibalik
yaitu dari Panggung krapyak ke Tugu ), sebaikknya perjalanan “wisata dengan sepeda” paket inilah
yang harus Anda lakukan plus tambahan menu bergizi bersepeda menaiki beteng.
.
Bersepeda diatas benteng, inilah
ke Istimewaan Jogja!
Salam hangat saya
Lereng Merapi 2012
Komentar :
Posting Komentar